Krisis yang menghimpit Indonesia dalam beberapa tahun ini membuat satu dari empat masyarakatnya mengalami gangguan (kesehatan) jiwa. Namun, gangguan jiwa ini jangan disalahartikan sebagai sakit jiwa (skizofrenia), karena kedua kata tersebut memiliki arti dan makna yang berbeda.
Gangguan jiwa merupakan suatu kondisi ketidakseimbangan jiwa atau mental yang menyangkut emosional bahkan intelektual seseorang sehingga berpengaruh pada disabilitas produktivitas hidupnya. Gangguan jiwa muncul karena gangguan fungsi komunikasi sel-sel syaraf di otak, dapat berupa kekurangan maupun kelebihan neurotransmitter atau substansi tertentu. Pada sebagian kasus gangguan jiwa, terdapat kerusakan organik yang nyata pada struktur otak. Jadi tidak benar bila dikatakan semua orang yang menderita gangguan jiwa, berarti ada sesuatu yang rusak di otaknya. Pada kebanyakan kasus malah faktor perkembangan psikologis dan sosial yang memegang peranan lebih menonjol. Seperti karena faktor ekonomi, mengidap penyakit tertentu, ketidakmampuan mental dalam menghadapi tekanan yang menimpa ataupun hal-hal lain yang menyinggung mental seseorang.
Walaupun gangguan jiwa tidak menyebabkan kematian secara langsung, namun hal itu termasuk berbahaya karena gangguan jiwa mampu memberikan permasalahan dan penderitaan bagi para pengidap maupun lingkungan sosialnya. Malah, gangguan jiwa merupakan salah satu dari lima besar permasalahan kesehatan di dunia selain Tubercolosis, kanker, penyakit jantung dan malaria.
Gangguan jiwa pada diri seseorang beragam. Mulai dari Skizofrenia (sakit gila), dementia (pikun), Anorexia Nervousa (mudah gugup/ cemas), autis, penyimpangan seksual, gangguan kepribadian, depresi, ketergantungan narkoba, rokok dan alkohol, hingga manik (perubahan kondisi dan pola pikir secara cepat). Semua tergantung pada tekanan dan kondisi mentalnya. Maka, tidaklah heran bahwa hampir 25% penduduk di Indonesia mengalami gangguan jiwa mulai dari gangguan ringan hingga sakit jiwa berat akibat dari himpitan krisis juga tekanan yang bermunculan.
Banyaknya kriminalitas dan kejadian bunuh diri yang terdengar di beberapa media massa juga merupakan akibat dari terganggunya kesehatan jiwa seseorang. Secara tidak langsung, hal tersebut membuktikan bahwa masalah kesehatan jiwa merupakan perihal penting dan jangan diabaikan.
Demi menjaga stabilitas (kesehatan) jiwa dapat dijaga dengan banyak cara. Mulai dari hal paling sederhana, seperti curhat, berpikir positif, berpegang teguh pada ajaran agama, mendengarkan musik, relaksasi hingga cara yang menggunakan pengobatan rutin seperti mengkonsumsi obat (anjuran dokter) dan konsultasi ke psikiater. Sayangnya, sudah turun-temurun paradigma masyarakat membentuk sugesti bahwa pergi ke psikiater hanya untuk orang sakit jiwa saja. Padahal, apabila sudah ada gejala-gejala kesehatan jiwa terganggu dan tidak bisa diantisipasi dengan cara yang sederhana, psikiaterlah pihak yang tepat untuk membantu kita.
Kesehatan jiwa penting dijaga demi menjaga kelangsungan produktivitas kehidupan sehari-hari. kesehatan jiwa terganggu, maka dampak yang dirasakan pun dapat menyebar ke kesehatan fisik dan bahkan lingkungan sosial kita. Maka, penting bagi kita semua untuk memberikan perhatian kembali pada kondisi jiwa kita. Jangan sampai tekanan dan masalah yang ada di sekeliling kita menurunkan produktivitas hidup kita.
Penulis adalah mahasiswa universitas pasundan bandung angkatan 2006