Selasa, Mei 12, 2009

Waspadai Gangguan Jiwa

Krisis yang menghimpit Indonesia dalam beberapa tahun ini membuat satu dari empat masyarakatnya mengalami gangguan (kesehatan) jiwa. Namun, gangguan jiwa ini jangan disalahartikan sebagai sakit jiwa (skizofrenia), karena kedua kata tersebut memiliki arti dan makna yang berbeda.

Gangguan jiwa merupakan suatu kondisi ketidakseimbangan jiwa atau mental yang menyangkut emosional bahkan intelektual seseorang sehingga berpengaruh pada disabilitas produktivitas hidupnya. Gangguan jiwa muncul karena gangguan fungsi komunikasi sel-sel syaraf di otak, dapat berupa kekurangan maupun kelebihan neurotransmitter atau substansi tertentu. Pada sebagian kasus gangguan jiwa, terdapat kerusakan organik yang nyata pada struktur otak. Jadi tidak benar bila dikatakan semua orang yang menderita gangguan jiwa, berarti ada sesuatu yang rusak di otaknya. Pada kebanyakan kasus malah faktor perkembangan psikologis dan sosial yang memegang peranan lebih menonjol. Seperti karena faktor ekonomi, mengidap penyakit tertentu, ketidakmampuan mental dalam menghadapi tekanan yang menimpa ataupun hal-hal lain yang menyinggung mental seseorang.

Walaupun gangguan jiwa tidak menyebabkan kematian secara langsung, namun hal itu termasuk berbahaya karena gangguan jiwa mampu memberikan permasalahan dan penderitaan bagi para pengidap maupun lingkungan sosialnya. Malah, gangguan jiwa merupakan salah satu dari lima besar permasalahan kesehatan di dunia selain Tubercolosis, kanker, penyakit jantung dan malaria.

Gangguan jiwa pada diri seseorang beragam. Mulai dari Skizofrenia (sakit gila), dementia (pikun), Anorexia Nervousa (mudah gugup/ cemas), autis, penyimpangan seksual, gangguan kepribadian, depresi, ketergantungan narkoba, rokok dan alkohol, hingga manik (perubahan kondisi dan pola pikir secara cepat). Semua tergantung pada tekanan dan kondisi mentalnya. Maka, tidaklah heran bahwa hampir 25% penduduk di Indonesia mengalami gangguan jiwa mulai dari gangguan ringan hingga sakit jiwa berat akibat dari himpitan krisis juga tekanan yang bermunculan.

Banyaknya kriminalitas dan kejadian bunuh diri yang terdengar di beberapa media massa juga merupakan akibat dari terganggunya kesehatan jiwa seseorang. Secara tidak langsung, hal tersebut membuktikan bahwa masalah kesehatan jiwa merupakan perihal penting dan jangan diabaikan.

Demi menjaga stabilitas (kesehatan) jiwa dapat dijaga dengan banyak cara. Mulai dari hal paling sederhana, seperti curhat, berpikir positif, berpegang teguh pada ajaran agama, mendengarkan musik, relaksasi hingga cara yang menggunakan pengobatan rutin seperti mengkonsumsi obat (anjuran dokter) dan konsultasi ke psikiater. Sayangnya, sudah turun-temurun paradigma masyarakat membentuk sugesti bahwa pergi ke psikiater hanya untuk orang sakit jiwa saja. Padahal, apabila sudah ada gejala-gejala kesehatan jiwa terganggu dan tidak bisa diantisipasi dengan cara yang sederhana, psikiaterlah pihak yang tepat untuk membantu kita.

Kesehatan jiwa penting dijaga demi menjaga kelangsungan produktivitas kehidupan sehari-hari. kesehatan jiwa terganggu, maka dampak yang dirasakan pun dapat menyebar ke kesehatan fisik dan bahkan lingkungan sosial kita. Maka, penting bagi kita semua untuk memberikan perhatian kembali pada kondisi jiwa kita. Jangan sampai tekanan dan masalah yang ada di sekeliling kita menurunkan produktivitas hidup kita.

Penulis adalah mahasiswa universitas pasundan bandung angkatan 2006

Senin, Mei 11, 2009

Gaun Pengantin Berdarah..

Hembusan angin lembut membelai helai demi helai kain putih nan indah yang kini sedang kukenakan. Kain putihku tersibakkan dan menenangkan jiwaku sejenak. Dalam kegundahan dan ketidakyakinan ku berdiri terdiam di bawah pohon yang terlihat seperti menggagahi seorang perawan…atau mungkin bekas seorang perawan yang realitanya masih lajang dan belum dimiliki secara syah oleh siapapun!

Sekian detik kututup mataku dan kurasakan banyu ini melayangkan pikiranku ke masa kedzalimanku. Atas nama cinta, kulakukan hal yang semestinya belum pantas kulakukan. Namun, cinta tetaplah cinta dan selalu berkuasa atas jiwa yang merana akan kesepian yang begitu lama. Demi jiwa bayi suci, hinalah diriku ini! Pantaskah jiwa yang telah ternodai ini dimiliki insan murni? Mau-maunya dia sejelas-jelasnya secara tulus memberikan segala hidupnya demi lumpur kotor ini? Tersadar akan lamunku, panas terik matahari menyusup dedaunan pohon tempat ku berlamun. Tak terasa pula pipi ku basahi dengan air mata wanita nista. Bibir pun ku gigiti agar kuatkan jiwa yang terlalu rapuh bilapun diterbangkan angin akan hancur.

Ku pandangi sekali lagi diriku sembari menyibakkan gaun pengantin yang sedang kupakai dan cadar putih berhiaskan mahkota indah. Sekali lagi ku bertanya, pantaskah mahkota ini tetap kukenakan sedangkan mahkota diriku sendiri sudah redup cahaya dan kemilaunya? Buket bunga pun terangkai indah yang tergenggam tanganku saat ini kembali menciutkan batin juga nadi jantungku untuk bertahan hidup dan berpura-pura seakan aku adalah kembang perawan. Harum semerbak bunga di buket ini mengalahkan harumnya arti keperawanan. Ku lagi, menangisi jiwa yang tak patut ini. Tertundukku malu pada rumput hijau yang senantiasa bersenandung demi melaksanakan perintah Tuhannya. Rumputlah itu yang menertawakan tingkah laku ku hingga tersipu dan tersudut ku di atas kelamnya hati ini.

Bayangan hitam ku lihat dengan bola mata ini, tersentak ku lihat menuju arah punggungku. Seorang lelaki berjas hitam lengkap dengan mawar terselip di saku kiri atas jasnya yang mampu mendeskripsikan bahwa betapa sempurna lelaki itu. Dijulurkanlah tangannya dan dia pula memanggil namaku dengan begitu lembut. Jika bunga melati mendengarnya pun pasti akan terlena dan berubah kemerahan. Belum lagi senyumnya yang menyungging indah bak bulan sabit yang merekah di malam hari. Namun, saat ini pula sekilas ku lihat tetesan-tetesan keringat yang mengalir di dahinya itu. Menandakan bahwa dia kelelahan mencari ke mana pergi sebenarnya calon mempelai saat altar pernikahan hendak menyaksikan janji suci yang akan diikrarkan.

Nafasnya yang terengah-engah menandakan bahwa dia bersungguh-sungguh! Ya...dia bersungguh-sungguh untukku! Hanya untukku???

Kuhadapkan batang hidungku dengan batang hidungnya namun masih terlalu jauh untuk mampu kukecup sungging manis bibirnya itu. Oh…apalah yang kau pikirkan perempuan nista! Tak layak kau dapatkan malaikat itu! Terhinalah kau yang tak mampu mempertahankan mahkota hingga pada waktunya mahkota itu akan kau serahkan! Sesaat mungkin dia melihat sunggingan senyumku sebagai balasan senyum indahnya itu, hingga akhirnya ku melayu bagai bunga tak tersirami hujan. Malu aku!

Dengan kesungguhan hati ku ucapkan terima kasih pada malaikatku. Air mata yang mengalir deras tak menahan tekad bulatku untuk mengambil resiko jalan hidup di depanku kini. Perlahan-lahan ku balikkan batang hidungku dan kembali menghadapkan punggungku padanya. Kugenggam erat-erat buket bunga dan kudekapkan walau tersengal-sengal dadaku. Ku langkahkan kakiku beralaskan sepatu kaca yang tak kalah indahnya dengan gaun pengantin yang kukenakan. Banyu pun kini merayuku dan mengajakku untuk mengikuti alirannya. Tunggulah banyu...tunggu aku! Tunggulah sesaat lagi, sesaat setelah ku layangkan permintaan maafku untuk keluargaku, teman-temanku dan tentu saja malaikatku yang masih tetap setia mengibarkan sayapnya untuk merangkulku dan membawa ke surga dunia yang sebenar-benarnya.

Terima kasih semua…namun inilah takdir ku. Takdir untuk tersungkur tak berdaya dalam akhir langkah hidup di ujung jurang terjal dalam memerahnya balutan gaun pengantinku.


2009 - aiu

Selasa, Mei 05, 2009

Kanker Serviks

Kanker Serviks

Menurut data di rumah sakit kanker serviks (mulut rahim) adalah pembunuh no 1 pada wanita, sedangkan data dari populasi penyebab kematian tertinggi adalah kanker payudara. Mulut rahim (serviks) adalah bagian dari rahim yang berbatasan langsung dengan bagian atas vagina. Melalui saluran serviks (mulut rahim) darah menstruasi mengalir setiap bulan dan keluar lewat vagina.

Penyebab pasti dari kanker serviks sampai sekarang belum diketahui dengan pasti. Namun terdapat kaitan yang cukup erat antara kanker serviks dengan infeksi HPV (Human Papilloma Virus). Sehingga saat ini vaksinasi HPV merupakan salah satu upaya mencegah kanker serviks (mulut rahim). Vaksinasi HPV diberikan pada wanita yang belum pernah mengalami kontak seksual dan kondisi rahimnya normal, dan tidak ada lesi pra kanker. Di Amerika vaksinasi ini biasa diberikan pada usia 9-13 tahun, untuk Indonesia rentang usia bisa sekitar 14-27 tahun. Kendala utama dari vaksinasi ini adalah harganya yang masih cukup mahal, sekitar Rp 950.000,- dimana diperlukan 3 kali suntikan secara serial untuk mendapatkan perlindungan yang optimal.

Hal yang patut diketahui adalah HPV sebagai penyebab dari kanker serviks berpotensi menular melalui kontak seksual. Resiko ini meningkat drastis jika sering gonta-ganti pasangan seksual. Penularan HPV juga dapat terjadi melalui pakaian dalam, sarung tangan operasi, atau pada bayi yang lahir normal, dapat tertular dari vagina sang ibu.

Bagi wanita yang telah menikah atau aktif secara seksual, Pap Smear merupakan sarana screening yang ideal untuk mencegah kanker serviks. Dengan Pap Smear kita dapat mengetahui kanker mulut rahim dalam kondisi sedini mungkin, sebelum timbul gejala, bahkan pada tahap lesi pra kanker dapat terdeteksi. Semakin dini kanker serviks diketahui, makin mudah terapi dilakukan, dan angka keberhasilannya sangat tinggi. Dengan demikian penyebaran kanker mulut rahim ke bagian tubuh yang lain serta kematian akibat kanker serviks dapat dicegah.

Kanker mulut rahim , bisa tanpa gejala pada sebagian penderita. Gejala yang sering dialami penderita kanker serviks adalah perdarahan abnormal yaitu perdarahan pasca hubungan seksual, perdarahan abnormal di luar masa haid, atau perdarahan setelah menopause. Nyeri pada pinggul atau kaki yang kronis dan tidak jelas penyebabnya serta keluarnya cairan kekuningan dan bau dari vagina juga merupakan gejala dari kanker serviks.

Sumber:http://antin-kurniawan.com/kesehatan-wanita/kanker-serviks.html